Minggu, 09 Mei 2010

Menikah : Ibadah yg Indah, Langkah Menuju Syurga

Urgensi Pernikahan dalam Islam
(Perjalanan Menuju Kemenangan)

by:ismeidas makfiansah

1. Perintah Allah dan Bukti sempurnaan iman

(وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. ( An-nur : 32 )

فَانكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاء
"…maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi…" (QS. An Nisa': 3).

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عزَّ وَجَلَّ عَوْنُهُمْ: اَلْمُكَاتَبُ الَّذِيْ يُرِيْدُ الأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيْدُ العَفَافَ، وَالْمُجَاهِدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ.

“Tiga golongan yang Allah pasti akan menolong mereka: budak yang hendak menebus dirinya, seorang yang menikah dengan tujuan menjaga kehormatanya dari perkara-perkara yang diharamkan, dan seorang yang berjihad di jalan Allah.” (HR. An-Nasa’i, Kitabun Nikah, Bab Ma’unatullah An-Nakih Al ladzi Yuridul ‘Afaf, no. 3218, 3120)

وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ . إِلاَّعَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْمَامَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela

Rasulullah saw telah bersabda:
"Apabila seseorang telah melaksanakan pemikahan, maka sempumalah separo agamanya. Maka bertaqwalah (takutlah) kepada Allah terhadap separo yang lain."

2.Menghidupkan Sunnah

النكاح سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني
"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang membenci sunnahku maka bukan termasuk dari golonganku (ummat nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam, pent)" (HR. Ibn Majah no. 1846. Shohih Jami' As Shoghir no. 6807).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284)

وَكَانَ يَوْمُ عِيْدٍ يَلْعَبُ السُّوْدَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ، فَإِمَّا سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا قَالَ: تَشْتَهِيْنَ تَنْظُرِيْنَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ، خَدِّي عَلَى خَدِّهِ، وَهُوَ يَقُوْلُ: دُوْنَكُمْ ياَ بَنِي أَرْفِدَةَ. حَتَّى إِذَا مَلِلْتُ، قَالَ: حَسْبُكِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَاذْهَبِي

"Biasanya pada hari raya, orang-orang Habasyah bermain perisai dan tombak (berlatih perang-perangan). Aku yang meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (agar diperkenankan menonton permainan tersebut) dan beliau sendiri menawarkan dengan berkata, ‘Apakah engkau ingin melihat permainan mereka?’ ‘Iya’, jawabku. Beliau pun memberdirikan aku di belakangnya, pipiku menempel pada pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan wahai Bani Arfidah4.’ Hingga ketika aku telah jenuh, beliau bertanya, ‘Cukupkah?’ ‘Iya’, jawabku. ‘Kalau begitu pergilah’, kata beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 950 dan Muslim no. 2062

3.Sumber Kebahagiaan dan ketenangan hakiki

SaHabat Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda:
"Empat perkara, barangsiapa memilikinya berarti dia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat: Hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, badan yang sabar dikala mendapat musibah, dan istri yang dapat menjaga kehormatan diri serta dapat menjaga harta suami." (HR. Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al- Ausath, sedang sanad dalam salah satu dan dua riwayat adalah bagus).

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (30:21)

4.Menjaga diri dari Fitnah dan Zina

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلىَ الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada (fitnahnya) wanita.” (HR. Al Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 6880)

يا معشر الشباب, من استطاع منكم الباء فليتزوج, فإنه أغض للبصر و أحصن للفرج, ومن لم يستطع فعليه بالصوم, فإنه وجاء
"Wahai para pemuda, jika kalian memiliki kemampuan maka menikahlah. Karena yang demikian itu akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga farji. Barangsiapa yang belum mampu melakukannya maka lakukanlah puasa, karena puasa adalah tameng" (HR. Bukhori no. 1905; Muslim no. 1400)

5.Ladang Pahala

Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menikah, sedang telah kita ketahui bahwa dalam pelaksanaan setiap perintah Allah pasti ada pahala yang dijanjikan. Maka menikah merupakan salah satu sarana untuk menambah pahala, yang kelak menjadi pemberat timbangan amal di akherat. Di antaranya adalah pahala yang didapat dari hubungan suami istri. Nabi Sallalahu Alaihi Wasallam bersabda :
...وَ فِيْ بُــضْـعِ أَحَدِكُمْ أَهْلَهُ صَدَقَةٌ. قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيَاْتِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَ يَكُوْنُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَال أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِيْ حَرَامٍ, أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكذَلِكَ لَوْ وَضَعَهَا فِيْ الحَلاَلِ, كَانَ لَهُ أَجْر

6.Bukti Cinta

"Tidak terlihat diantara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan" (Sunan Ibnu Majah)

7.Faktor Kebangkitan Islam
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (annisa:9)

Memilih Pasangan Yang Baik

Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Berbahagialah orang yang menikahi wanita karena agamanya, dan merugilah orang yang menikahi wanita hanya karena harta, kecantikan, dan keturunannya." (HR. Bukhari dan Muslim}

Yang seperti apa

Yang seperti Rosul "kaana khuluquhul Qur'an"

QS Al-Mu’minun [23]: 1-11.

1. Yang memiliki karakter manusia pemenang atau manusia yang sukses dalam kehidupan dunia dan akhirat.. 23:1
2. Yang Sholatnya khusyu, tanda manusia yang punya visi kehidupan, dengan ibadah ketenangan dan kecintaan.
3. Yang Efektif dan penuh manfaat, meninggalkan hal-hal yg tak ada gunanya apalagi yang merusak kehidupan
4. Yang Mencintai dengan berbagi
5. Yang paling setia dan menjaga diri dari maksiat
6. Yang paling amanah

jangan memandang manusia dari tampilannya

dari Sahl bin sa'ad assaiidy ia berkata suatu ketika lewat seorang pemuda dihadapan Rosul lalu
Rosul berkata kepada kami "bagaimana pendapat kalian tentang pemuda ini?"
kami menjawab: ini adalah pemuda yang mulia yang jika melamar pasti diterima, jika meminta tolong pasti ditolong, jika berkata pasti didengar ucapannya.
Rosul diam, lalu lewat pemuda yang kedua, lalu Rosul berkata:"bagaimana pendapat kalian tentang yang ini?"
kami menjawab: ini adalah pemuda yg sangat miskin, yang jika melamar pasti ditolak, jika meminta tolong pasti tidak ditolong, jika berkata pasti tidak didengar ucapannya.
Rosul berkata: sesungguhnya pemuda ini (yg kedua) lebih mulia dari yang ini(yang pertama) bagaikan dunia dan seisinya

Rosul adalah suami terbaik

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284)

pernah Rosul di pagi hari mencari makanan namun tidak ada ia bertanya

“Belum ada sarapan ya Khumaira?” Aisyah menjawab , “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, ”Kalau begitu aku puasa saja hari ini.” tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.

Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik dari kamu terhadap keluargaku. Orang yang memuliakan kaum wanita adalah orang yang mulia, dan orang yang menghina kaum wanita adalah orang yang tidak tahu budi. (HR. Abu ‘Asaakir)

Janganlah seorang laki-laki mukmin membenci isterinya yang beriman. Bila ada perangai yang tidak disukai, dia pasti ridha (senang) dengan perangainya yang lain. (HR. Muslim)

كاَنَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ - تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ - فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
"Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluar untuk menunaikan shalat." HR. Al-Bukhari .

Sayidatina ‘Aisyah menceritakan: ”Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sembahyang.”

Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untukbila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.

وَكَانَ يَوْمُ عِيْدٍ يَلْعَبُ السُّوْدَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ، فَإِمَّا سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا قَالَ: تَشْتَهِيْنَ تَنْظُرِيْنَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ، فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ، خَدِّي عَلَى خَدِّهِ، وَهُوَ يَقُوْلُ: دُوْنَكُمْ ياَ بَنِي أَرْفِدَةَ. حَتَّى إِذَا مَلِلْتُ، قَالَ: حَسْبُكِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَاذْهَبِي

"Biasanya pada hari raya, orang-orang Habasyah bermain perisai dan tombak (berlatih perang-perangan). Aku yang meminta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (agar diperkenankan menonton permainan tersebut) dan beliau sendiri menawarkan dengan berkata, ‘Apakah engkau ingin melihat permainan mereka?’ ‘Iya’, jawabku. Beliau pun memberdirikan aku di belakangnya, pipiku menempel pada pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan wahai Bani Arfidah.’ Hingga ketika aku telah jenuh, beliau bertanya, ‘Cukupkah?’ ‘Iya’, jawabku. ‘Kalau begitu pergilah’, kata beliau.” (HR. Al-Bukhari no. 950 dan Muslim no. 2062)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu saat menafsirkan ayat: وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ menyatakan,

“Termasuk akhlak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau sangat baik hubungannya dengan para istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri, suka bersenda gurau dan bercumbu rayu, bersikap lembut terhadap mereka dan melapangkan mereka dalam hal nafkah serta tertawa bersama istri-istrinya. Sampai-sampai, beliau pernah mengajak Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu 'anha berlomba lari, untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)

Hindun, ibunya Muawiyah, bertanya kepada Nabi Saw, “Ya Rasulullah, Abu Sufyan suamiku seorang yang pelit, apakah aku boleh mengambil uangnya sedikit secara sembunyi-sembunyi?” Nabi Saw menjawab, “Ambillah dengan cara yang makruf (baik) untuk mencukupi kebutuhanmu dan kebutuhan anak-anakmu.” (HR. Bukhari).

Ikhtiar Menuju Taqdir

Ikhtiar Menuju Taqdir
by:ismeidas m

Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah berkata kepada kami dan dia adalah orang yg paling benar, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya... (bukhori-muslim)

Keyakinan akan kebenaran hakiki yang tak bisa terbantahkan

ada point yg sangat luar biasa diawal hadits. yang merupakan tanda kenaran islam tak terbantahkan hati dan logika menusia

dinyatakan
"dia (rosul)adalah orang yg paling benar, dan dibenarkan"

ternyata pernyataan ini langsung mendapat pembuktian, lewat pernyataan nabi yg sangat menyejarah, menembus batas kejeniusan manusia dimanapun jua...

"Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya"

kawan apalagi yang kita ragukan... akan kebenaran islam,

dimasa dimana USG belum ada, CT scan belum dibuat, stetoskop belum ditemukan, ginekolog belum muncul, biologi belum dipelajari, seorang muhammad berani menyatakan proses ilmiah terjadinya janin, dan rentang masa proses pertumbuhan dan kehidupannya, dan yang luar biasa, tidak ada satupun ilmuwan hari ini dan masa lalu yang bisa membantahnya...

Dan dirahim bunda kita itulah malaikat mengabarkan tentang taqdir kita, rizki, ajal amal, celaka ataupun bahagia...

taqdir itu kadang membuat manusia pasrah terhadap nasib, menyerah pada keadaan, soal rezeki, bahkan soal tulang rusuknya yang hilang alias jodoh...

bukankah Allah pernah mengingatkan...

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakan-nya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan putus asa terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. “(al-Hadiid: 22-23)

bukankah dangan adanya taqdir Allah menyuruh kita untuk jangan berputus asa, ikhtiar dan jangan pula berbangga diri... jangan minder dan jangan pula jumawa..

"dan orang-orang yg bersungguh-sungguh dijalanku, maka akan Aku tunjukkan jalan-jalannya"

kawan...
Taqdir adalah domainnya Allah... dan ikhtiar adalah tugas kita, jadi jangan pusing memikirkan tentang taqdir karena sudah ada yang mengurusnya... tugas kita adalah ikhtiar...

rezeki disisi Allah, usaha ditangan kita... jodoh juga urusan Allah tp nyarinya kan urusan kita...

kalau manusia nunggu aja, diam dirumah menanti jodoh yang tak kunjung tiba, tanpa upaya, maka yg lewat bukan jodoh tp tukang somay, atau jangan-jangan tukang somay itu kali jodohnya...:D

manusia dinilai dari upayanya bukan dari hasilnya,

kalau orang tertabrak mobil karena taqdirnya tersonggel truk tanpa sengaja, maka ia tidak dinilai dari merk truk yang nabrak, atau segede apa truknya, atau ketabraknya tadi didaerah mana, (apa kalo ditabraknya dideket pondok indah berarti ahli syurga, kalo ditabraknya deket daerah kali jodo berarti ahli neraka, bukan begitu kalee)

tentu dia dinilai dari ikhtiarnya selama ini, ditabraknya tadi lg ngapain, kalo niatnya lg mo ngaji atau lg nyari rezeki yg halal ya nilainya baik disisi Allah, tp kalo ditabraknya lagi mo godain jablay ya kacau... ancurrr kabeh...

kalau ga dapet jodoh karena mencari yg baik dari akhlaqnya tp belum ada yg cocok ya baik, tp kalau ga dapet jodoh karena ragu pada sunnah Rosul... ya mesti ngaji lagi dari ulang... "nikah itu sunnahku"

kawan

Allah jadikan kepada kita pilihan taqdir yg baik atau keburukan...


"Allah ilhamkan keburukan dan ketaqwaan" (assyam)

dan bukankah Rosul ingatkan

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak
taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah
(memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)

kawan..., optimislah pada taqdir kehidupan,

bukan cuma dengan perasaan atau slogan kosong yg nyontek dari komik jepang...
tp dengan pembuktian, dengan keberanian, ketulusan, kebaikan, amal nyata, dengan doa khusyu penuh pengharapan... karena hal itu bisa menembus batas taqdir kita...

dan buktikan dengan 'kembali' malangkah dijalannya, walaupun harus perlahan dan tertatih... buktikan dengan sujud dan ruku' kita.
jangan menyerah..!!

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)