Senin, 19 Oktober 2009

Rindu Pulang ke Syurga

عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ .
Dari Ibnu ‘Umar r.a. berkata, Rosulullah pernah menepuk pundakku seraya bersabda: “Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau musafir dalam perjalanan”, hr bukhori.
Di antara ibroh yg bisa kita petik dari hadits diatas adalah

1. Keindahan Akhlaq dalam berdakwah.

Rosulullah memiliki wisdom, sangat humble, dan friendly dan itu ia perlihatkanketika menepuk pundak ibnu umar, sehungga berkesan sangat salam.
Setelah Rosulullah (Shollallohu ‘alaihi wasallam) wafat, sahabat banyak yang menangis, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia berkata
"Ceritakan padaku akhlak Nabi Muhammad !". Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa.
Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.

lalu sang badui menemui Ali,
Ali dengan linangan air mata berkata,
"Ceritakan padaku keindahan dunia ini!."
Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini...."

Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Rasulullah (Shollallohu ‘alaihi wasallam), sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]

Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Rosulullah sallAllahu 'alaihi wasallam yang sering disapa "humairah" oleh Rosulullah ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an).
Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Rosulullah kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun [23]: 1-11.

2. Zuhud terhadap dunia, karena orang asing berarti tdk dkenal dan tidak dekat,

Jadilah seperti orang asing didunia ini.
dunia itu bukan sahabatnya, bukan saudaranya, bukan kekasihnya, dia orang asing buat kita, kita tdk benci, tp kita tak mau terlalu mencintainya. kalau bepergian bawalah bekal secukupnya, tapi ga usah bawa lemari dan kulkas, apalagi spring bed karena membebani kita, bikin puyeng dan repot. Untuk itu silakanlah kaya, tp gunakanlah dunia secukupnya, jangan berlebihan, karena ia akan menjadi beban dalam perjalanan kita.

“Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas maka ia akan mengharapkan dua lembah berikutnya. Dan tiada yang bisa menutup mulutnya kecuali debu/tanah” (HR.Bukhory)

"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan di dunia untuk Kami cobai mereka dengannya… ." [Thahaa: 131]

Al-Hasan rahimahullah berkata, “Aku mendapati suatu kaum (para Sahabat Nabi,-ed.)yang tidak pernah berbahagia dengan sesuatu pun dari dunia yang mereka dapatkan dan tidak pernah menyesal dengan sesuatu pun dari dunia yang hilang darinya.”

‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu 'amhu berkata, “Sesungguhnya dunia itu adalah Surga bagi orang kafir dan penjara bagi orang yang beriman. Dan sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin ketika dirinya keluar dari dunia adalah bagaikan seorang yang sebelumnya berada di dalam penjara, lalu dia dikeluarkan darinya. Sehingga dia berjalan di atas bumi dengan mencari keluasan.” [15]

3. Mengejar ilmu, dan Menjaga akhlaqnya,

orang asing, harus banyak bertanya agar ia tau kemana arah melangkah dan dimana halte kehidupannya harus dituju, tp juga waspada dan berhati-hati terhadap dunia, karena orang asing akan menjaga jarak, bahkan tidak betah dengan dunia. orang yang asing didunia harus kembali kepada panduan hidupnya, pada petunjuk Robbnya, kembali menggali dan memahami Alquran dan sunnah nabinya sepagai pemandu menuju ujung hidupnya.

Abdullah bin Mas’ud pernah melihat rosulullah tidur di atas anyaman daun kurma lalu terlihatlah bekas guratan anyaman di punggungnya. Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: “wahai rosulullah bagaimana seandainya aku buatkan kasur untukmu?”maka beliau bersabda :”tidaklah aku dan dunia ini melainkan ibarat seorang musafir yang istirahat sejenak di bawah pohon lalu kembali berjalan meninggalkannya..” (HR Turmudzi, hasan shohih, ).

Kita diperintah Nabi agar menjadi seperti seorang musafir yg cuma mampir, kita cuma tamu. untuk itu kalau jadi tamu tentu jangan sok tau dan belagu, agar tidak diusir.
Orang yang melakukan perjalanan alias musafir tentu ingin selamat sampai tujuan dan tidak mendapatkan kecelakaan. demikian pula seorang mukmin tentu lebih waspada agar tidak melakukan dosa-dosa di bumi Allah agar tidak celaka.

5. Berbekalah dengan amal

Kalau singgah siapkanlah kembali bekal, cukupi kebutuhan, buanglah beban hajat dan sampah.sebaik-baik bekal menuju Allah adalah taqwa, Sedangkan sejelek-jelek beban adalah dosa. Dosa itu beban karena pelakunya harus menanggung siksanya kelak di neraka. Sebagai muslim yang baik tentu ia berusaha mengurangi dosa-dosa dan justru ingin selalu memperbanyak pahala.

Sebagaimana seorang musafir tentu tidak mau membebani diri dengan membeli kasur, meja, kulkas, almari, dan beban-beban yang lain. Yang diperlukan adalah bekal bukan beban. Karena beban akan mengganggu dalam perjalanan.

Maka barangsiapa yang merenungi akibat dari kehidupan dunia, niscaya dia akan berhati-hati mengarunginya. Dan siapa saja yang meyakini panjangnya perjalanan (akhirat), maka dia akan mempersiapkan bekal untuk perjalanan tersebut.

6. Rindu pada Syurga

seorang musafir tentu ingin segera sampai ketempat tujuan dengan begitu kangen dan rindunya, orang yg hendak ke bali, hawai atau rekreasi ke bunaken tentu sangat antusias dan semangat untuk segera sampai ke tempatnya. seharusnya jika kita adalah musafir dunia tentu sangat kangen dan berharap untuk bisa kesyurga.

7.Ingin berjumpa Dengan Allah dan Rosulnya

Tentu sebagai musafir ingin sampai ketujuannya, bukankah tujuan hidup kita Allah.

Allah telah berfirman kepada nabi Daud AS ,

"WAHAI DAUD, (SEKARANG ENGKAU MENGETAHUI ) PERUMPAMAAN DUNIA YAITU LAKSANA BANGKAI DIMANA ANJING-ANJING BERKUMPUL MENGELILINGINYA, MENYERETNYA KIAN KEMARI, APAKAH ENGKAU SENANG MENJADI SEEKOR ANJING, LALU IKUT BERSAMA-SAMA (DENGAN) MEREKA MENYERET BANGKAI KIAN KEMARI? (hadis Qudsi,)

Imam Bukhari dalam shahihnya, bahwa Ali ra pernah berkata: “Dunia pergi menjauh, dan akhirat mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak dunia”. Ali bin Abi Thalib adalah guru bagi orang-orang yang mencintai akhirat. Dalam riwayat yang shahih, suatu malam Ali ra mengelus-ngelus janggutnya, sambil menangis, “Wahai dunia, wahai yang hina, kujatuhkan talak tiga kepadamu tanpa rujuk lagi”, gumam Ali ra.

Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia, perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seseorang yang ada di dalam perjalanan, dia beristirahat di bawah sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” HR. Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim. Dengan derajat shohih.

Zaid bin tsabit meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"BARANGSIAPA YANG MENJADIKAN DUNIA INI SEBAGAI TERMINAL AKHIR CITA-CITANYA , NISCAYA ALLAH AKAN MENCERAIBERAIKAN URUSANNYA, MENJADIKAN KEPAPAAN MENGHANTUI DIRINYA, DAN IA HANYA MENDAPATKAN HARTA DUNIAWI SEPERTI YANG TELAH DITETAPKAN (ALLAH) BAGINYA. DAN BAGI SIAPA YANG MENJADIKAN AKHIRAT SEBAGAI PUNCAK CITA-CITANYA (TERMINAL UTAMA PERJALANANNYA) MAKA ALLAH AKAN MEMUDAHKAN SEGALA URUSANNYA , SERTA MENCIPTAKAN KEPUASAN DALAM HATINYA, SEMENTARA DUNIA DATANG DAN TUNDUK KEPADANYA (HR Ibnu Majah)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar