Rabu, 22 April 2009

membunuh nurani

Nurani berasal dari bahasa Arab nur, artinya cahaya, nurani sering dmaknai sebagai kata hati yang terdalam, yang menjadi lambang masih adanya nilai kemanusiaan dan kebeninagn dalam diri kita
ketika hati nurani mati maka manusia tak ubahnya seperti binatang yang buas, rakus, dan serakah. dan tidak beretika juga tanpa budi pekerti.

yakni mereka yang mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (kebenaran), mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (kebenaran) dan mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka tak ubahnya binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang-orang yang lalai (Q/7;179)

ketika nurani mati mati kita tidak lagi mampu mengikuti kebenaran, ada distorsi antara ilmu dan tingkah laku kita,

suara hati nurani itu sering menghilang, karena kita tidak biasakan melatihnya... kita tdk mengelola irama hati agar senada dengan harmony kehidupan...
kita tdk membiasakan zuhudnya hati terefleksi dalam zuhudnya kelakuan, sehingga nada-nada hati itu slalu sumbang karena disana masih ada cinta dunia, popularitas, pujian dan keserakahan, ambisi liar ke egois-an, karena hidup kita selalu dihiasi dengan itu semua.

wajar banyak ulama dan ahli agama hidup bermewah-mewahan, sementara dulu mereka berteriak tentang teladan dan kesederhanaan, karena nurani mereka mati... dibunuh berkali-kali..

KH. Didin Hafidhudin (Republika, 7/8/08) menulis, "Salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya nilai-nilai perjuangan dalam dunia politik adalah saat materi menjadi tujuan utama dan gaya serta penampilan lebih diutamakan." Banyak orang-orang yang awalnya lurus menjadi bengkok bahkan patah saat mendapat cobaan harta seperti ini.

matinya suara hati dan nurani pun dibiarkan terjadi di kampus dan sekolah-sekolah ketika senior membantai yuniornya tanpa belas kasihan,
bahkan itupun sering kali terjadi di lembaga-lembaga pendidikan negara, lembaga-lembaga itu jadi saksi matinya suara hati dan nurani para calon pejabat dan pemimpin negeri ini.
sehingga akhirnya wajar banyak pemimpin negeri membunuh rakyatnya sendiri, karena terbiasa menikam hati nuraninya berkali-kali.

dan baru-baru ini pun kita disuguhi matinya nurani dan suara hati para calon wakil rakyat uang seenaknya memaku pepohonan dan tembok rumah orang merusak indahnya lingkungan, hanya untuk memajang photo mereka yg ga ganteng2 amat, narsis abis,
Suara hati dan nurani mereka sebagai manusia tertutup angan-angan dan impian untuk menjadi pejabat.

Suara hati dan nurani mereka terabaikan dengan angan-angan kehidupan elegan di masa depan, hingga wajar akhirnya yang gagal menjadi aleg, menjadi stress dan mati dengan sukses,
bagaimana mungkin mereka memperjuangkan suara hati rakyatnya, kalau ketika kampanye saja mereka rela melempar fitnah dan dengki dengan kolega se-partainya.

dan tidak heran muncul koalisi yg aneh-aneh, bukan mencari siapa yg terbaik buat negeri indah ini, tapi siapa yg paling menguntungkan buat golongan dan partai kami, hingga muncul broker-broker alias calo-calo politik yang kasak-kusuk mencari keuntungan pribadi, dengan menjadi pelacur idealisme dan demokrasi
akhirnya kembali pemenangnya nafsu dan nafsu pribadi...

suara hati nuraninya mati, karena dibunuh berkali-kali...
oleh iri, dengki dan ambisi pribadi,
suara hati yang mati tidak akan mampu berbagi, menebar cinta, dan menghargai.

satu kata kunci untuk nurani ... cinta. masihkan ia mendominasi...

"tidak disebut kebaikan(yang hakiki) sampai anda mampu memberi apa yang anda cintai"

1 komentar:

  1. satu kata kunci untuk nurani ... cinta. masihkan ia mendominasi...

    Aku suka kata2nya Ustad..

    Klo boleh menambahan satu kata lagi "malu"

    Karena salah satu garis pemisah antara menusia dan hewan itukan sifat malu. Sifat malu bermakna seseorang yang merasa tidak nyaman klo melakukan aib ato perbuatan tercela, dengan hati, lisan atou pun perbuatan, soalnya dia ngerasa selalu diawasi oleh sang KHOLIK.

    Malu dan iman itu berada dalam satu wadah, apabila salah satunya tercabut yang lain jg ikut tercabut...artinya klo orang dah ga punya rasa malu perlu dipertanyakan tuh dimana keimanannya...

    Rasulullah SAW bersabda "Seseorang tidak akan berzina jika ia beriman, seseorang tidak akan meminum khamer jika ia beriman, dan tidak akan merampok orang yang mempunyai kehormatan dimata manusia jika ia beriman."


    Wallahu'alam bishowaf..


    Semoga para petinggi tidak semakin mejadi karena harta dan kehilangan nurani..

    BalasHapus